Kamis, 13 Mei 2010

diabetes tak selalu identik dengan gemuk

KOMPAS.com — Berlebihnya berat badan secara signifikan meningkatkan risiko terkena diabetes. Semakin banyak jaringan lemak, semakin resistan otot dan sel jaringan terhadap insulin. Ini terutama terjadi jika kelebihan berat badan berada di sekitar perut. Lantas, apakah orang kurus akan terbebas dari risiko terkena diabetes?

"Sebenarnya bukan masalah gemuk atau kurus. Yang lebih menentukan adalah komposisi lemaknya. Bila komposisi lemaknya tinggi, terutama di sekitar perut, maka risiko terkena diabetes lebih tinggi, apalagi kalau pola makannya tidak dijaga," papar dr Aris Wibudi, SpPD, KEMD, dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

Ia menambahkan, komposisi tubuh yang baik adalah yang berotot. "Bila badan kurus tapi tak berotot dan isinya lemak saja, pasti akan ada gangguan," papar Ketua Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia ini. Ia mencontohkan atlet binaraga Ade Rai yang sebenarnya memiliki indeks massa tubuh 30 atau termasuk gemuk. "Meski begitu, ia tidak memiliki lemak. Karena itu, ia bisa terbebas dari diabetes," imbuhnya.

Untuk mengurangi proporsi lemak dalam tubuh, dr Aris menyarankan untuk melakukan latihan fisik, baik yang bersifat aerobik atau olahraga yang meningkatkan massa otot. "Yang penting aktivitas fisik yang dilakukan mencapai denyut nadi maksimum dan dilakukan secara teratur," katanya.

Untuk mengukur denyut nadi maksimum, rumusnya adalah 220 dikurangi usia lalu dikali 65 persen. "Patokannya, jika aktivitas fisik yang dilakukan sampai membuat napas tersengal-sengal, itu berarti olahraganya berlebihan. Tapi kalau kita masih bisa bernyanyi dengan lancar di sela-sela olahraga, berarti intensitasnya terlalu rendah," kata Susana STP, MSc, Head of Nutrifood Research Center Division. Durasi olahraga yang disarankan adalah tidak lebih dari 45 menit setiap hari.

0 comments:

Posting Komentar